Danau Tiberias
Tujuan berikutnya adalah Danau Tiberias atau Laut Galilea, danau air tawar terbesar di Israel. Luasnya sekitar 166 km² dengan panjang 21 km, lebar 13 km, dan kedalaman hingga 43 meter. Sejak zaman kuno, danau ini jadi pusat kehidupan nelayan, dan dalam Alkitab banyak banget mukjizat Yesus yang terjadi di sini—mulai dari berjalan di atas air, meneduhkan badai, sampai memberi makan lima ribu orang.
Pemandangannya indah banget: air biru tenang dengan bukit-bukit hijau di sekitarnya. Kami sempat naik kapal, dan sebelum ibadah dimulai, tiba-tiba tim kapal—orang Israel asli—memutar lagu Indonesia Raya. Merinding dan haru rasanya, betapa hangatnya persahabatan yang terasa di momen itu. Akhirnya, seluruh rombongan berdiri dan bersama-sama menyanyikan Indonesia Raya dengan penuh semangat. Setelah itu, kami lanjut dengan pujian penyembahan dan perjamuan kudus, bikin hati serasa balik ke 2.000 tahun lalu saat Yesus ada di sini.
Setelah itu kami makan siang dengan menu khas: Ikan Petrus alias mujair jumbo goreng garing ditemani kentang goreng. Beberapa rombongan sempat cari sambal—ya namanya juga lidah Indonesia ya, tetap aja butuh pedas 😄. Tapi yang ada cuma saus cabai botolan. Walau begitu, suasananya bikin makan jadi spesial banget.
Gereja-Gereja di Tabgha
Dari Bukit Sabda Bahagia kami lanjut ke Tabgha, atau nama aslinya Heptapegon yang berarti “tujuh mata air.” Karena sulit diucapkan orang Arab, akhirnya berubah jadi Tabgha—begitu cerita guide kami.
Gereja Perkalian Roti dan Ikan menandai lokasi mukjizat Yesus memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan. Di dalamnya ada mosaik lantai abad ke-5 bergambar dua ikan dan empat roti—ikonik banget dan asli dari zaman Bizantium.
Gereja Primasi Petrus adalah gereja kecil di tepi danau tempat Yesus menampakkan diri setelah kebangkitan-Nya. Di sini Yesus menyiapkan sarapan ikan bakar dan meneguhkan Petrus tiga kali dengan pertanyaan, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Di dalamnya ada batu Mensa Christi (Meja Kristus) yang dipercaya sebagai tempat Yesus meletakkan roti dan ikan.
Suasana Tabgha damai, hanya terdengar ombak kecil dan kicau burung. Guide sempat bercanda, “Di sini Yesus pernah jalan di atas air. Tahun lalu ada rombongan Pendeta Gideon yang coba jalan juga… sampai sekarang belum kedengaran kabarnya,” semua langsung ketawa.
Yang bikin makin berkesan, guide memberi kesempatan untuk salah satu rombongan membaca firman Tuhan, dan yang dipilih ternyata gue. Membaca Yohanes 21 di hadapan jemaat langsung di tempat Yesus meneguhkan Petrus, rasanya luar biasa—seperti ikut ambil bagian dalam kisah Injil yang hidup di tempat ini.
Sinagoga di Kapernaum – Tuhan Yesus was here
Kapernaum
Dari Tabgha, perjalanan lanjut ke Kapernaum, desa nelayan kuno yang sering disebut “kota Yesus.” Di sinilah Yesus mengajar di sinagoga, menyembuhkan orang sakit, termasuk ibu mertua Petrus, dan mengusir roh jahat.
Kata guide, Kapernaum zaman itu makmur karena hasil ikan dan sayur-mayur melimpah, plus letaknya strategis di jalur dagang internasional Via Maris. Kalau daerah lain masih tinggal di gua, orang Kapernaum sudah punya rumah batu—cukup modern untuk abad pertama. Guide bahkan sempat bercanda, “Ini daerah rumah orang kaya, depan sana Jalan Jendral Sudirman,” bikin semua ketawa.
Sekarang kita bisa lihat reruntuhan sinagoga abad ke-4 dengan tiang kapur putih kontras dengan batu basal hitam desa sekitarnya. Jalan di antara puing-puingnya bikin merinding, membayangkan Yesus sungguh ada di sini dua ribu tahun lalu, melayani orang-orang sederhana.
Peneguhan Baptis di Sungai Yordan
Sungai Yordan
Perhentian berikutnya adalah Sungai Yordan, tempat Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Sekarang peziarah biasanya melakukan baptisan atau peneguhan baptis di lokasi Yardenit, dekat Laut Galilea. Tempat ini dikelola rapi dengan fasilitas lengkap, termasuk area khusus untuk baptisan.
Waktu gue turun ke air, warnanya jernih kehijauan, bukan keruh. Begitu nyemplung, ikan-ikan kecil langsung menyambut, rasanya kayak massage alami—geli-geli enak gitu. Tapi dasar sungainya agak licin, jadi harus hati-hati.
Untuk peneguhan baptis di sini nggak ada biaya masuk, cuma perlu sewa baju putih khusus seharga USD 15 per orang. Pengalaman itu benar-benar priceless. Saat nama gue disebut dan air sungai menyentuh kepala, air mata langsung ngalir—mewek beneran! Rasanya luar biasa, seolah menyatu dengan kisah Yesus yang dibaptis di sungai yang sama dua ribu tahun lalu. Sampai sekarang, setiap mengingatnya, bulu kuduk masih merinding.
Nikmati video nya di sini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar