Perjalanan rohani kali ini gue jalani tanggal 4–10 Juni 2023. Puji Tuhan banget bisa dapet kesempatan ke Tanah Suci, Israel. Karena ga mungkin solo traveling ke sini, akhirnya gue join trip bareng Tiberias Travel. Total ada 45 orang dalam satu grup dan semuanya jemaat Gereja Tiberias.
Jujur, sebagai solo traveler, jalan bareng rombongan segede itu rasanya agak kurang nyaman. Apalagi ini kan perjalanan rohani, napak tilas, pengen banget bisa mendalami setiap kisah yang ada di Alkitab pas lagi di sana. Tapi ya gitu deh, momentumnya agak susah dapet. Semoga aja next time bisa balik lagi ke Israel dengan solo trip versi gue sendiri. Amin!
Hari pertama, setelah transit di Istanbul, kita langsung lanjut ke Yerusalem sekitar satu jam naik bus dari Bandara Ben Gurion. Proses imigrasi lumayan ribet ditambah rombongan gede, jadi setengah hari habis di bandara sama perjalanan. Begitu keluar bandara dan mau naik bus, gue langsung culture shock—udah siap naik dari sebelah kiri kayak di Jakarta, eh pintunya ternyata ada di kanan! Si guide yang fasih banget Bahasa Indonesianya langsung nyeletuk, “Ini bukan Jakarta,” dan gue ngakak sendiri.
Hari Pertama: Yerusalem dan Sekitarnya
- Yerusalem: Kota kuno yang jadi pusat suci tiga agama besar—Yahudi, Kristen, dan Islam. Di sini ada banyak situs bersejarah kayak Tembok Ratapan, Gereja Makam Kudus, dan Kubah Batu. Begitu masuk kota, langsung keliatan Dome of The Rock dengan kubah emas seberat 120 kg yang merupakan hadiah dari Raja Hussein dari Yordania—ikon yang megah banget dan langsung bikin merinding.
- Kota Raja Daud: Kota yang didirikan Raja Daud di perbatasan suku Yehuda dan Benyamin.
- Hakeldama: Dari area Kota Daud kelihatan juga Hakeldama alias “Tanah Darah”, tempat Yudas Iskariot mengakhiri hidupnya.
- Saint Peter in Gallicantu Church (Gereja Ayam Berkokok): Dari sini view ke Kota Raja Daud cakep banget, plus keliatan Dome of The Rock dari kejauhan.
- Makam Raja Daud: Area pria dan wanita dipisah. Buat cowok wajib pake kippa (semacam kopyah mini) yang disediain gratis. Di sini biasanya orang berdoa, bahkan ada kitab doa berbahasa Ibrani yang bisa dipakai. Pas gue di area wanita, kedengeran banget doa para pria di sebelah sambil dilantunkan kayak nyanyian dengan musik khas Israel.
- Taman Getsemani: Taman Getsemani adalah kebun zaitun di kaki Bukit Zaitun, Yerusalem, yang punya makna sangat dalam buat umat Kristiani. Di sinilah Yesus Kristus berdoa dengan sungguh-sungguh sebelum akhirnya ditangkap dan disalibkan. Getsemani sering dipandang sebagai simbol ketaatan Yesus untuk menyerahkan diri pada kehendak Allah, meski Dia tahu penderitaan besar sudah menanti. Yang bikin merinding, di taman ini masih ada satu pohon zaitun berusia lebih dari 2000 tahun, dan ajaibnya masih berbuah setiap bulan Oktober!
- The Church of Nations (Gereja Segala Bangsa): Tepat di dalam area Taman Getsemani berdiri sebuah gereja Katolik megah bernama Gereja Segala Bangsa atau The Church of All Nations. Gereja ini dibangun di atas lokasi yang diyakini sebagai tempat Yesus berdoa dengan penuh pergumulan pada malam sebelum penyaliban-Nya. Disebut “Church of All Nations” karena proses pembangunannya didukung oleh banyak negara di dunia. Begitu masuk, suasananya remang dengan kaca mosaik ungu dan biru yang menggambarkan malam doa Yesus, bikin hati langsung tenang dan hening. Gereja ini jadi pengingat kuat akan ketaatan Yesus kepada Bapa, meski jalan yang harus ditempuh adalah penderitaan.
- Caiaphas House / Rumah Kayafas (Penjara Yesus): Rumah Kayafas ini bikin gue melongo—gede banget! Ada ruang khusus buat menyucikan diri, ruang makan, ruang tamu, ruang rapat, dan beberapa ruang penjara. Bahkan ada lantai bawah tanah yang diyakini jadi tempat Yesus dipenjara sebelum dihadapkan ke Pilatus. Dari megahnya rumah ini, jelas banget Kayafas orang kaya besar di zamannya. Sekarang, lokasi ini dikenal sebagai Gereja Santo Petrus di Gallicantu (Church of St. Peter in Gallicantu), yang juga mengingatkan akan peristiwa Petrus menyangkal Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok. Bagian paling menyentuh buat gue adalah ruang penjara bawah tanah, ukurannya cuma sekitar 2x2 meter, pengap dan gelap. Di sana kami sempat berdoa bersama—bayangin Yesus pernah benar-benar sendirian di ruangan sempit itu, rasanya bikin hati nyesek sekaligus penuh syukur.
Untuk yang lebih suka lihat video, bisa mampir ke sini ya:
0 komentar:
Posting Komentar