Hari ke-2 menuju ke:

Hari kedua di Yerusalem dimulai dengan menginjakkan kaki di:

Gereja Pater Noster (Doa Bapa Kami)


  • Bukit Zaitun. Bukit ini ada di sebelah timur Kota Tua, dan dari sini pemandangannya luar biasa banget—langsung ke arah Kota Tua dan Dome of the Rock dengan kubah emasnya yang ikonik. Tempat ini penting banget karena Yesus sering berdoa dan mengajar murid-murid-Nya di sini. Dan setelah 40 hari kebangkitan-Nya, di sinilah Yesus terangkat ke surga. Berdiri di tempat ini bikin hati bergetar, kayak benar-benar deket sama jejak kehidupan Yesus, sambil disuguhi panorama Yerusalem yang megah dan penuh makna rohani.
  • Masih di Bukit Zaitun, kami lanjut ke Gereja Pater Noster. Gereja ini terkenal karena Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami di sini. Yang bikin merinding, dinding-dindingnya dipenuhi ubin keramik berisi Doa Bapa Kami dalam lebih dari 100 bahasa dunia. Gue takjub banget waktu lihat ada versi Bahasa Indonesia, bahkan juga Bahasa Sunda, Jawa, Bali, Batak, dan banyak bahasa daerah lain dari Nusantara. Setelah itu, kami turun ke grotto dan bersama-sama mendaraskan Doa Bapa Kami. Suasananya tenang banget, sederhana tapi sakral—bikin hati adem.
  • Tur berikutnya bawa kami ke Gerbang Domba (Sheep Gate), salah satu gerbang tertua Kota Tua. Dalam Alkitab, gerbang ini dipakai gembala untuk membawa domba-domba ke Bait Allah. Saat berdiri di sini, gue langsung teringat Yesus yang disebut sebagai Anak Domba Allah—rela jadi korban untuk keselamatan dunia. Rasanya dalam banget, bikin merenung bahwa lewat pengorbanan-Nya kita bisa dapat hidup yang baru.
  • Nggak jauh dari situ ada Kolam Betesda, yang dalam bahasa Ibrani artinya “Rumah Kasih Karunia.” Di sinilah Yesus menyembuhkan orang lumpuh yang sudah 38 tahun menunggu kesembuhan. Melihat sisa-sisa kolamnya, gue kebayang gimana Yesus bilang, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah!” dan orang itu langsung sembuh. Tempat ini jadi saksi nyata bahwa kuasa Yesus jauh lebih besar dari sekadar tradisi manusia.
Gereja Santa Anna


  • Perhentian terakhir hari itu adalah Gereja Santa Anna, yang berdiri di samping Kolam Betesda. Gereja bergaya Romawi kuno ini diyakini sebagai tempat lahir Santa Anna, ibu dari Bunda Maria. Bagian paling magis dari gereja ini adalah akustiknya. Waktu kami bernyanyi bareng sebagai grup, suaranya bergema panjang, indah banget, kayak paduan suara malaikat. Bahkan ada pengunjung yang bilang, “Aku nggak ngerti bahasa yang kalian nyanyikan, tapi suaranya begitu indah dan menyentuh hati.” Rasanya luar biasa, karena musik dan doa memang bisa melampaui batas bahasa dan menyatukan hati setiap orang.
Pencinta video, bisa mampir ke Youtube berikut:



 

0 komentar: