Hari Berikutnya: Qumran, Laut Mati, dan Gunung Tabor

Setelah perjalanan panjang di Yerusalem dan Betlehem, hari berikutnya kami melanjutkan ziarah ke beberapa tempat yang nggak kalah berkesan seperti berikut ini:


Qumran – penemuan Naskah Laut Mati (Dead Sea Scrolls) pada tahun 1947


Qumran

Qumran adalah situs arkeologi di tepi barat Laut Mati yang terkenal karena penemuan Naskah Laut Mati (Dead Sea Scrolls) pada tahun 1947. Gulungan kuno ini berisi teks Kitab Suci Perjanjian Lama dan tulisan komunitas Yahudi kuno Essenes yang hidup sekitar abad ke-2 SM sampai abad ke-1 M. Temuan ini dianggap salah satu penemuan arkeologi terpenting abad ke-20, karena membuktikan betapa telitinya penyalinan Kitab Suci selama ribuan tahun.

Guide kami menjelaskan bahwa di kawasan ini, dari Qumran sampai En Gedi, ada sekitar 2000 gua. Salah satunya yang paling terkenal adalah Gua ke-4, tempat asli ditemukannya gulungan Laut Mati. Naskah-naskah itu ditulis di atas perkamen, papirus, bahkan perunggu, dalam bahasa Ibrani, Aram, Yunani, hingga Nabatea. Bayangin aja, di tengah gurun gersang justru tersimpan warisan iman yang begitu berharga. Kini yang tersisa di Qumran adalah reruntuhan desa kuno—bekas tempat ibadah, ruang makan bersama, hingga saluran air ritual. Dari sini, kita bisa melihat langsung bukit kapur dengan gua-gua tempat gulungan disembunyikan, bikin merinding membayangkan bagaimana Tuhan menjaga firman-Nya tetap utuh.


Mengapung di Laut Mati 


Laut Mati

Dari Qumran, perjalanan dilanjutkan ke Laut Mati, danau air asin yang terletak di perbatasan Israel, Palestina, dan Yordania. Disebut Laut Mati karena kadar garamnya super tinggi—hampir sepuluh kali lebih asin daripada air laut biasa—sehingga nggak ada ikan atau makhluk hidup yang bisa bertahan. Justru karena itu, orang bisa dengan mudah mengapung di atas air tanpa harus berenang.

Pertama kali nyemplung, rasanya aneh tapi seru karena tubuh langsung ngapung otomatis. Gue bahkan sempat bantuin ibu-ibu di grup yang awalnya takut turun ke air. Gue yakinkan mereka, “meskipun nggak bisa renang, pasti tetap bisa ngapung kok.” Begitu mereka coba, beneran langsung ngambang, dan suasana jadi penuh tawa. Yang makin bikin seru, ibu-ibu mulai ngolesin lumpur Laut Mati ke wajah mereka sambil bercanda, katanya biar kulit makin halus.

Secara geografis, Laut Mati adalah titik terendah di permukaan bumi, sekitar 430 meter di bawah permukaan laut, dengan kedalaman lebih dari 300 meter. Pemandangan di sekitarnya luar biasa indah: bukit gurun berwarna cokelat keemasan kontras dengan air biru kehijauan. Sekarang bahkan sudah ada area glamping di tepi Laut Mati, bayangin aja bisa tidur di tenda mewah dengan view gurun dan danau unik ini—pengalaman yang pastinya beda banget. Sayangnya, Laut Mati terus menyusut karena penguapan dan pengalihan sumber air. Jadi berendam di sini bukan cuma wisata unik, tapi juga kesempatan langka menikmati salah satu keajaiban alam yang mungkin suatu saat hilang.


Gereja Transfigurasi, Gunung Tabor


Gunung Tabor

Perjalanan berlanjut menuju Gunung Tabor di Galilea Bawah, sekitar 17 km dari Nazaret. Gunung ini dikenal sebagai tempat terjadinya Peristiwa Transfigurasi Yesus. Di sinilah wajah Yesus bercahaya dan pakaian-Nya menjadi putih berkilau di depan tiga murid-Nya—Petrus, Yakobus, dan Yohanes—sementara Musa dan Elia menampakkan diri. Lalu terdengar suara Allah Bapa, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.”

Di puncak Gunung Tabor berdiri Gereja Transfigurasi, karya arsitek Italia Antonio Barluzzi, yang dijuluki The Architect of the Holy Land. Dari luar tampak sederhana, tapi di dalamnya megah dan penuh makna. Interiornya dihiasi mosaik indah tentang Transfigurasi, sementara altar utamanya sederhana namun sarat makna rohani.

Perjalanan dari Laut Mati ke Gunung Tabor cukup panjang, sekitar 6–8 jam naik bus. Sepanjang jalan, pemandangan berubah drastis—dari gurun tandus menuju perbukitan hijau Galilea—bikin hati ikut berdebar. Karena jalannya sempit dan berliku, bus besar nggak bisa naik sampai puncak, jadi peziarah diantar dengan shuttle kecil. Praktis banget, bikin perjalanan tetap nyaman.

Yang paling berkesan adalah saat naik ke rooftop Gereja Transfigurasi. Dari sana terbentang pemandangan Lembah Yizreel yang luas, yang dalam Kitab Wahyu dikenal sebagai lokasi Armageddon, tempat pertempuran terakhir antara kebaikan dan kejahatan di akhir zaman. Melihat hamparan lembah itu bikin merinding, seolah diingatkan bahwa selain sejarah masa lalu, Tanah Suci juga menyimpan nubuat masa depan yang sudah tertulis dalam Firman Tuhan.


Nikmati video nya di sini:



 

0 komentar: