Melukat/ Pembersihan diri di era baru di Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar, Bali


September 2020 – Bulan September 2016 adalah awal gue pindah dari Jakarta ke Bali, secara official, iya, literally gue pindah dari Jakarta ke Bali. Meskipun secara kependudukan gue masih Jakarta, tapi kalau tempat tinggal dan pekerjaan gue sudah sah di Bali. Dan, selama kurun waktu itu gue sudah menjelajahi setiap sudut Pulau Dewata ini. Yakin sudah setiap sudut? Iya, gue yakin untuk tempat-tempat wisatanya, tapi kalau untuk tradisi dan budaya nya yang gue masih minim hehehe.

Betul sekali, jadi selama kurun waktu empat tahun gue belum pernah lihat secara langsung proses pembersihan diri yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali ini. Dan, kesempatan itu akhirnya datang juga, karena kebetulan salah satu teman dari Jakarta yang sudah tinggal lebih lama di Bali dibanding gue, dia mau melakukan proses pembersihan diri yang dia sendiri mengaku kalau ini bukanlah hal yang pertama dia lakukan selama tinggal di Bali.

Singkat cerita, akhirnya gue dan teman gue, berangkat menuju ke Tampaksiring untuk mengantar teman gue yang mau bergabung dalam proses pembersihan diri ala umat Hindu, Bali yang juga pastinya ditemani oleh salah satu teman kita yang asli orang Bali.  

Perjalanan kita tempuh sekitar satu jam dari Denpasar dengan kondisi jalanan yang masih cukup sepi di new normal ini. Sedangkan lokasi yang kita tuju adalah Tirta Empul yang berlokasi di Tampaksiring, Gianyar, Bali.

Sepanjang perjalanan, teman kita yang asli orang Bali sedikit banyak bercerita mengenai melukat atau proses pembersihan diri yang dilakukan secara turun temurun oleh umat Hindu di Bali. Jadi, untuk proses melukat sendiri dapat dilakukan di beberapa tempat yang memang sudah ditunjuk dan ditentukan oleh pandita, seorang pemuka agama Hindu yang telah mendapat wangsit akan sebuah tempat yang dapat disucikan untuk persembahyangan. Jadi, selain Tirta Empul, masih banyak lagi tempat-tempat yang bisa digunakan untuk melukat bagi umat Hindu di Bali. Sedangkan untuk proses melukat sendiri akan sangat disarankan dilakukan setiap bulan purnama, yang artinya dapat dilakukan setiap bulan.

Canang/ sesajen yang dipersembahkan oleh peziarah yang hendak melukat


Melukat atau proses pembersihan diri ini dapat dilakukan secara mandiri atau dipimpin oleh seorang pandita. Sedangkan untuk teman gue kali ini dia akan melakukan secara mandiri dengan bantuan dari teman yang asli orang Bali.

Tirta Empul sendiri berarti Sumber Mata Air Suci yang diambil dari sumber mata air yang terletak di dalam pura. Sumber tersebut mengalir ke beberapa kolam untuk proses melukat dan ke kolam ikan yang mengelilingi parimeter luar pura, serta mengalir ke sungai Tukad Pakerisan.

Terdapat tiga kolam yang masing-masing terdiri dari 13 pancuran, 2 pancuran, dan 6 pancuran. Yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda bagi setiap orang yang datang untuk melukat. 13 pancuran yang pertama adalah dipercaya untuk memberikan keselamatan bagi umat Hindu yang akan bepergian jauh (bekerja di luar Bali atau luar Indonesia), supaya diberikan kesehatan, keselamatan, rezeki, dan juga masalah perjodohan. Kolam yang memiliki dua pancuran dipercaya untuk membersihkan diri dari kutukan serta bawaan buruk lahir seseorang. Sedangkan kolam ketiga yang memiliki 6 pancuran dipercaya untuk bisa membersihkan diri dari ilmu hitam, aura mistis, dan dapat membersihkan diri dari penyakit berat yang secara medis tidak dapat diobati.

Salah satu kolam yang berisi 2 pancuran untuk melukat


Di era tatanan baru ini, area yang masih satu lokasi dengan Istana Tampaksiring yang dibangun oleh Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno, telah menerapkan protokol kesehatan dengan menyediakan tempat cuci tangan di pintu masuk serta wastafel lainnya yang mudah ditemukan di beberapa sudut lokasi. Sedangkan stiker yang bermaksud memperingkatkan para pengunjung atau jemaat yang hendak beribadah juga telah diterapkan di sana sehingga proses jaga jarak juga harus dipatuhi selama berada di dalam area. Selain kolam untuk penyucian diri, area ini juga dilengkapi dengan sebuah Pura yang dikenal dengan Pura Tirta Empul. Para pengunjung yang hanya ingin sekedar melihat-lihat keindahan pura ini juga diperbolehkan dengan mematuhi peraturan yang ada, yaitu dengan mengenakan kamen atau sarung yang telah disediakan di pintu masuk (gratis), serta mematuhi batas-batas yang cukup jelas di area pura.

Salah satu kolam yang berisi 6 pancuran untuk melukat


Di awal lockdown karena pandemi, area Tirta Empul ini tidak melayani publik selama 3 bulan pertama, dan baru dibuka untuk umum pada Juni 2020.

Tiket masuk bagi para pengunjung yang hendak berwisata atau melihat proses melukat akan dikenakan biaya sebesar Rp 30.000 per orang. Sedangkan bagi yang hendak melakukan proses penyucian diri dan sembahyang, maka tidak dikenakan biaya sama sekali. Sangat disarankan untuk membawa baju ganti serta handuk sendiri, dikarenakan area ini tidak menawarkan penyewaan handuk. Loker dan toilet juga tersedia di lokasi yang dapat digunakan oleh peserta yang melakukan melukat.


Untuk video lebih detail bisa cek di youtube gue ya. Yang udah subscribe terima kasih banyak, yang belum sila klik ya :)



0 komentar: